Headlines News :
Home » » Ponpes Salaf Al-Fadlu wal Fadilah

Ponpes Salaf Al-Fadlu wal Fadilah

Written By Saimin on Thursday, July 21, 2016 | 6:42:00 PM

Ponpes Salaf Al-Fadlu wal Fadilah

Pondok Pesantren Al-Fadlu wal Fadilah merupakan salah satu pesantren salaf yang sudah berusia sekitar 28 tahun, yang telah didirikan oleh KH. Dimyati Rois pada tanggal 10 Muharam  1405 atau bertepatan dengan bulan Juli 1985, yang terletak di Kp. Djagalan, Kutoharjo, Kaliwungu. Setelah kurun waktu yang cukup lama, KH. Dimyati Rois menjalani proses panjang yaitu menjadi santri dan belajar bersama sang kyai di beberapa pondok pesantren diantaranya Pondok Pesantren Lirboyo dan APIK Kaliwungu dengan mempelajari bermacam-macam kitab-kitab kuning yang berisi pengetahuan agama, kemudian dengan kesungguhan dalam belajar dengan memaksimalkan fungsi kecerdasan yang Allah berikan kepada beliau, maka jadilah beliau sosok yang matang dalam memahami ilmu-ilmu agama. Sehingga akhirnya beliau diambil menantu oleh KH. Ibadullah Irfan, sesepuh dan tokoh masyarakat Kaliwungu sekaligus salah satu Pengasuh Pondok Pesantren APIK Kaliwungu periode 1968 - 1985.

KH Dimyati Rois yang telah berpuluh tahun menyelami ilmu syar’i dari satu guru ke guru yang lain dengan keuletan dan ketekunan beliau mampu mengibarkan panji-panji Islam, tidak di herankan lagi jika keteladanan beliau di ikuti oleh banyak generasi muda dari pelosok nusantara, diantaranya Gus An’im Falakhuddin dan Gus Kafabihi (keduanya adalah Putra Mbah Mahrus Ali, Lirboyo), Lukman (Jabar) dan lain sebagainya. Sehingga dengan keadaan inilah yang mendorong beliau untuk mendirikan Pondok Pesantren yang diberi nama Al-Fadlu wal Fadilah. Yang sampai saat ini dapat dilihat keberadaannya dan telah banyak mengalami perkembangan.
KH. Dimyati Rois dan Gus Dur

KH. Dimyati Rois merupakan profil seorang kyai yang mempunyai ilmu agama tinggi, ulama kharismatik, dan sekaligus sebagai tokoh masyarakat yang sangat disegani oleh umat. Beliau juga merupakan sosok seorang kyai yang sibuk, hampir seluruh waktunya digunakan untuk melayani kepentingan umat dan membimbing serta membekali para santrinya dalam segala bidang, baik keilmuan teoritik maupun keahlian fisik yaitu pertanian dan tambak ikan. Dengan keadaan beliau yang demikian, sebagai salah satu strategi dan sarana beliau dalam membekali serta membimbing para santrinya, sekaligus sebagai media dalam menciptakan komunikasi yang harmonis antara Kyai dengan santri dari kalangan bawah sampai atas yaitu santri biasa sampai santri yang sudah berstatus menjadi ustadz, beliau mengadakan pengajian kitab yang tidak begitu susah dan sulit untuk dibaca oleh seluruh santri baik yang masih menjadi santri biasa lebih-lebih yang telah menjadi ustadz yaitu Kitab Riyadhus Shalihin.

Disinilah dua kali dalam seminggu beliau berinteraksi dan berkomunikasi langsung dengan santri, memberi nasihat dan fatwa-fatwa untuk seluruh santri tentang ilmu agama, yang bisa di jadikan sebagai bekal hidup di dunia menuju akhirat kelak melalui keterangan isi kitab Riyadhus Shalihin ketika mengaji.

Beliau sangat kondisional dan fleksibel sekali dalam menyampaikan nasihat kepada seluruh santrinya melalui pengajian kitab Riyadhus Shalihin, ketika sampai pada bab apapun biasanya beliau gunakan untuk menyampaikan nasihat-nasihat tertentu. Jadi tiap bab yang beliau kaji tidak hanya monoton menjelaskan isi bab tersebut, misalnya bab taubat maka dalam penjelasannya bisa berisi keutamaan dan anjuran shalat berjamaah serta memperbanyak shalawat disamping istighfar.

Disamping itu, ketika mengaji, Abah Dim (sebutan para santri untuk beliau) selalu menyelingi penjelasan dengan lelucon dan guyonan yang sangat menarik bagi santri. Itulah ciri pengajian beliau, dan ciri yang lain dari pengajian kitab Riyadhus Shalihin ini adalah tidak diketahui target waktu akan selesainya, sehingga tidak ada seorang santri pun yang bisa memastikan kapan pengajian akan selesai atau dalam bahasa pesantrennya, khatam, karena hanya beliaulah yang mengetahui.
Ndalem Abah Dim dan Ponpes Al-Fadilah

Diantara fatwa dan nasihat yang sering disampaikan beliau adalah agar santri menjadi hamba Allah yang bertaqwa dimanapun keberadaannya, berbakti kepada kedua orang tua, anjuran selalu menjalankan shalat, baik wajib maupun sunnah, dan beliau lebih menekankan shalat lima waktu dengan berjama’ah, hampir setiap mengaji, Abah Dim selalu menyampaikan nasihat untuk santrinya agar senantiasa mengerjakan shalat berjama’ah, diantaranya nasihat beliau yang menganjurkan pentingnya shalat berjama’ah adalah “Jadilah santri yang selalu rajin shalat berjama’ah dan menjalankan shalat berjama’ah itu tidak harus menjadi Imam, karena yang diperintahkan dalam shalat adalah agar kita selalu berjama’ah bukan menjadi Imam, maka dari itu, jangan rebutan jadi Imam, kalau semua ingin jadi Imam, nanti yang menjadi ma’mum siapa?”

Oleh Saifurroyya Dari Berbagai Sumber
Share this post :

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. suarakaliwungu - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger